Manado – channelnusantara.com – True Story, by Efraim Maramis Lengkong. ku coba melangkahkan kaki keluar rumah dengan menggunakan kendaraan umum (Oplet/Mikrolet) yang biasa digunakan masyarakat Kota Manado. Jumat 02/11/2024
Saat melewati Jln Bethesda tepatnya di depan Mapolda Sulut, “yaa ampun”… macetnya…saya menggerutu, kemudian si Sopir berkata, “Om biar_jo_macet… mar torang senang. Saya balik bertanya kenapa?,.
Io_no Om mantap koman ini Kapolda, periksa semua pa dorang samua.
Penasaran apa maksud kata dari “dorang samua” akupun bertanya heii Sopir…samua siapa…? Si sopir menatap seketika dan berkata ” Ihh Om Ley Rupa Jo Tu Nen tau…kata Sopir dengan dialek Manado.
Kemudian naik siswa-siswi memenuhi mikro yang saya tumpangi. Generasi yang dilahirkan di jaman teknologi Internet ini memiliki karakteristik terbuka. terhadap berbagai hal.
“Om mau kemana”…? Tanya GenZ. Jalan-jalan cari tambahan nafkah… ” Om boleh tanya, mau pilih Calon pemimpin daerah siapa ? tanya mereka.
Belum sempat jawab, si Gen Z langsung mengatakan bagus ganti warna dulu, supaya Om dapat tunjangan Lansia. Om liat macet masyarakat demo minta Kapolda berantas korupsi tanpa pandang bulu.
Haa aku terkejut. Kemudian saya balik tanya… Kenapa’ what’s the matter ? Dijawab singkat “biar_adem”, Om…dan ada pemerataan keadilan, kata Gen Z.
“Kalau masih mereka mereka yaa paling yang dapat bagian hanya besti-besti mereka”, sambung kata dari Gen Z yang duduk di belakang.
Saat mau turun para Gen Z melemparkan senyum penuh arti pada_ku.
Singkat cerita dari mikro ke mikro sampailah aku di pertigaan Jl Sukur -Likupang Minahasa Utara. Dari situ saya melanjutkan perjalanan ke Tatelu dalam mikro yang saya tumpangi dipenuhi oleh generasi tua (Generasi Baby Boomers).
Hujan deras menghantam mikro tua yang kami tumpangi. Suasana dalam mikro kurang menyenangkan, bau hamis tercium dari ember kosong bekas ikan-ikan jualan. Untuk mengalihkan suasana, Iseng-iseng saya bertanya Opa mo pilih sapa pemimpin daerah….?.
Dengan suara bergetar Opa tanda lapar Opa langsung menjawab bapak nentau mo pilih sapa tapi yang jelas,… “Ganti warna” dulu.
Karena apa Opa..? tanya ku iseng, hal itu di jawab oleh Oma yang berpenampilan “kuyup”… Bapak begimana torang mo pilih kita pe cucu ada ba THL dapa berenti karena Untuk (kepala desa) ada lapor dia pe papa kata warna laeng.
Kong kita pe ade kasiang ndak ada rumah… Eeehh kage dia pe nama penerima BLT so ganti pa tu Om pala pe kamanakan dengan alasan dia petugas partai”, kata Oma dengan dialek Manado campur nasional.
Tiba-tiba seorang penumpang Generasi X berkata, “yaah sulit memang, masyarakat sudah lebih pinter, bisa mengikuti pemberitaan apa yang terjadi terkait pemanggilan pejabat daerah termasuk dana hibah”, kata bapak yang mengaku pensiunan PNS.
Tak terasa sampai di tujuanku, “Sopir Stop di muka”, berapa ongkos, 10 ribu boss. Ku ambil uang kertas 100 ribu sambil berkata Sopir ini kita bayar samua… Sambil berlari (hujan) menuju pondok warung makan… Terdengar suara lemah lapar dan kedinginan.. “Makasih banyak bapak Tuhan Memberkati”, tak sadar mata ku meneteskan air mata… Semoga mereka dan saya diberikan Tuhan pemimpin daerah yang memiliki hati nurani, adil dan bijak.
( Maria)