BOLMONG –channelnusantara.com-Bolaang Mongondow Raya (BMR) dinilai sebagai salah satu kekuatan ekonomi baru di kawasan timur Indonesia. Daerah ini memiliki kekayaan pangan seperti beras, kopi, pala, dan vanili, serta dikenal sebagai lumbung tambang emas.
Potensi besar tersebut kini menjadi magnet bagi para investor, termasuk dari Tiongkok. Hal itu terlihat dari hotel dan penginapan di BMR yang hampir selalu penuh oleh pengusaha maupun pekerja tambang asing.
Tokoh BMR, Drs. Arifin Labenjang, menegaskan bahwa momentum ini seharusnya menjadi alasan kuat untuk mendorong pemekaran BMR menjadi provinsi baru.
“Luas BMR mencapai setengah wilayah Sulawesi Utara. Pertanyaannya, siapa yang benar-benar menikmati kekayaan ini? Jangan sampai hanya segelintir pihak di Manado, sementara masyarakat desa masih hidup miskin,” tegas Arifin, Jumat (19/9/2025).
Ia mencontohkan keberadaan perusahaan besar seperti PT Semen Conch North Sulawesi yang tidak hanya memanfaatkan bahan baku semen, tetapi juga mengambil komoditas lain dengan membangun pelabuhan khusus.
“Satu gunung sudah rata dengan tanah, tetapi di Inobonto, Tandu, dan desa sekitarnya, masyarakat masih banyak yang hidup miskin,” tambahnya.
Menurut Arifin, jika pemekaran tidak segera diwujudkan, kekayaan BMR hanya akan memperkaya pihak-pihak tertentu di luar daerah. Karena itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat bersatu memperjuangkan pemekaran.
“Apapun bujukan dan rayuan, Bolmong harus dimekarkan. Pemekaran bukan untuk kepentingan kita hari ini, melainkan demi masa depan anak cucu,” ujar mantan koresponden RCTI ini.
Lebih jauh, Arifin mengapresiasi rencana Gubernur Sulut, Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus Komaling (YSK) yang akan membangun universitas dengan jurusan pertanian, perikanan, tambang, dan kedokteran di BMR. Namun ia menyayangkan adanya pihak-pihak yang terkesan ingin mengabaikan isu pemekaran.
“Dalam sebuah acara syukuran gubernur terpilih, ada tokoh BMR yang meminta wartawan agar tidak menyinggung soal pemekaran. Ada apa di balik sikap itu? Jangan sampai masa depan anak cucu dikorbankan hanya demi kepentingan pribadi sesaat,” katanya.
Arifin berharap pemerintah pusat segera mengambil langkah nyata untuk merealisasikan pemekaran BMR. Menurutnya, provinsi baru akan membuka akses pelayanan publik lebih dekat, mempercepat pembangunan infrastruktur, dan memastikan hasil kekayaan alam benar-benar dinikmati masyarakat.
“Jika BMR berdiri sebagai provinsi, manfaatnya tidak hanya untuk masyarakat lokal, tetapi juga bagi Sulawesi Utara secara keseluruhan bahkan Gorontalo. BMR adalah kekuatan baru dari timur, dan pemekaran adalah jalan menuju pemerataan pembangunan serta kesejahteraan bersama,” pungkasnya.
Usai acara, dilanjutkan dengan aksi demonstrasi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, mahasiswa, hingga pengemudi bentor. Mereka mendesak agar pemekaran BMR segera diwujudkan dan bukan sekadar janji politik.
Isu pemekaran BMR sendiri telah lama dinantikan publik. Muncul pula spekulasi apakah realisasinya akan bersamaan dengan pemekaran Kota Langowan. “Kita lihat nanti,” tutup Arifin.
(FM)